Masih belum lepas dalam ingatanku, adegan percintaan di atas angkot yang membuahkan jabang bayi. Masih belum lepas dalam ingatanku, ikatan pohon jengkol yang begitu erat sampai tangisan berhenti. Masih belum lepas dalam ingatanku perempuan menor di sela-sela pipa minyak. Semua terekam dalam kacamata jalananku.
EPISODE ALAM
"Auw" hampir saja ular itu terinjak oleh kakiku. Sedikit saja tersentuh ekornya dia pasti berbalik menggigitku. Mungkin dia tidak sadar bahwa habitatnya sebentar lagi akan punah. Aku bisa pastikan itu karena kemarin segerombolan orang besar memasuki hutan dan memotret pohon. Apa lagi yang akan dilakukannya kecuali memangkas hutan sampai gundul.
Hutan, aku suka hutan yang hijau, sejuk. Setiap hari aku berlari ke sana bermain gundu di bawah pohon. Melihat ulat kaki seribu di semak-semak dan terkadang aku menginjak ciput yang licin. Kasihan. Aku tak bermaksud membunuhmu. Tapi taukah kamu semua, habitatmu akan punah. Beberapa hari lagi, perpisahan kita pun mulai dirancang oleh kawanan orang-orang tak bertanggung jawab.
Hanya butuh beberapa minggu saja kawasan hutan yang kukagumi berubah jadi tanah yang gersang, sebagian digunakan untuk membangun perumahan penduduk dan sebagian lagi ditanami bibit sawit. Kata orang-orang besar itu, sawit akan menghasilkan kekayaan minyak yang dikagumi seluruh penduduk dunia ini. Percayakah aku kata mereka? Aku tak tahu, di usia ini (9 tahun) aku hanya tahu bermain, dimana tempat bermainku dulu yang sudah kalian rampas dariku?
Atas kepincangan suasana hutanku, aku berlari memasuki pasar yang ramai setiap hari.
KM 1-4
Pasar KM 4 terletak di jalur perjalanan orang menuju istana kerajaan Siak Sri Indrapura. Lokasi ini ramai dikunjungi setiap hari karena memang strategis dan banyak pabrik berdiri di sekitar pasar. Kota industri begitu yang kumaksudkan.
Di samping pasar, berdiri bioskop-bioskop besar yang megah. Aku hitung dengan jari, ada tiga, di samping kiri, kanan dan depan pasar. Nampaknya masyarakat haus dengan hiburan yang ditayangkan bioskop. Setiap hari lokasi ini ramai dikunjungi terutama malam minggu.
Jika malam minggu tiba, semua jalanan penuh dengan lampu, gemerlap sekali. Kesan mewah di sela-sela gang yang ramai ditempati para pendatang. Tak lupa pandangan mata tante-tante yang bersembunyi di balik pipa-pipa kilang minyak. Aku heran mengapa mereka suka duduk di balik kilang itu, dengan pakaian mini dan seksi. Mungkin mereka sedang menunggu teman yang pasti mereka bukan satpam perusahaan bukan?
(bersambung...)
Ketertarikan di bidang ilmu agama Islam dimulai saat memasuki Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang dan dilanjutkan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Tarbiyah. Pengalaman hidup membawa saya kemudian memilih PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sebagai fokus riset dan pengembangan pengetahuan lanjutan. Dua disiplin ilmu ini tidak dapat dipisahkan dalam kerangka pemahaman yang holistik yang saya sebut dengan PAUD Islami.
Selasa, 20 Maret 2012
Jumat, 16 Maret 2012
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL ANAK USIA DINI (Eksperimen di TK Aisyiyah 1 Cileungsi Bogor, 2012); ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
strategi pembelajaran dan tipe kepribadian terhadap perilaku prososial anak
usia dini khususnya usia Taman Kanak-Kanak (TK) kelompok B (usia 5-6 tahun).
Peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari proses
pelaksanaan pembelajaran yang dituangkan guru di sekolah serta tipe kepribadian
anak terhadap perubahan perilaku prososial. Tipe kepribadian diikutsertakan
dalam variabel sebagai penekanan pengelompokkan, apakah seorang anak termasuk
tipe ekstrovert atau introvert. Hal ini penting diketahui karena masing-masing
anak berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan pengelompokkan itu diharapkan
dapat ditemukan strategi yang cocok diterapkan bagi anak sesuai dengan tipe
kepribadiannya; strategi pembelajaran kooperatif atau kompetitif.
Ide penelitian ini muncul setelah melihat dan mengamati
perilaku prososial dewasa ini sudah
sangat luntur dalam masyarakat Indonesia. Mulai dari perilaku anti sosial
tingkat rendah seperti mencoret dinding, membuang sampah tidak pada lokasinya
bahkan perilaku korupsi dan tindak kriminal tingkat tinggi. Hampir setiap hari
di dalam tayangan televisi dan media cetak ditampilkan bentuk-bentuk perilaku
antisosial tersebut. Pertanyaan yang muncul dalam pemikiran peneliti adalah
bagaimana perilaku prososial dapat ditanamkan kepada anak bangsa ini agar
perilaku yang direalisasikan tidak menganggu khalayak sosial yang ada di
sekitar lingkungan masyarakat tersebut. Pertanyaan ini dijawab dengan upaya
proses pendidikan di tingkat paling dini yaitu keluarga. Sebagai lembaga
pertama dan utama tentu keluarga berperan besar dalam menumbuhkan perilaku
prososial pada anak. Proses penddidikan di keluarga dilanjutkan dengan prasekolah
seperti TK. Peneliti mengambil lokasi penelitian di TK dengan harapan bisa
melangkapi dan memperkokoh apa yang sudah didapat anak dari keluarganya.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen di TK
Aisyiyah 1 Cileungsi dengan menggunakan desain treatment
by level 2x2.
Dengan metode tersebut didapatkan gambaran bahwa model pembelajaran yang mana
yang cocok diberikan kepada anak yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert atau
untuk anak yang memiliki tipe kepribadian introvert. Penelitian dilaksanakan
selama tahun akademik 2012-2013 dengan menyusun rancangan tindakan untuk anak
kelompok B. Pengambilan subjek dan lokasi ini diyakini bahwa pengenalan dan
pelaksanaan perilaku prososial diharapkan dapat ditumbuhkan sejak anak berusia
dini.
Kamis, 15 Maret 2012
METODOLOGI PENGEMBANGAN KOGNITIF 1 (SAINS); SILABUS
Mata Kuliah
|
:
|
Metodologi
Pengembangan Kognitif 1 (Sains)
|
Kode
|
:
|
AUD 042
|
Bobot SKS
|
:
|
3
|
Jurusan
|
:
|
PGPAUD
|
Program Studi
|
:
|
PGPAUD
|
Semester
|
:
|
4
|
Mata Kuliah Prasyarat
|
:
|
Perkembangan Anak, Konsep Dasar PAUD
|
Pengajar
|
:
|
Widia Winata, M.Pd
|
Standar Kompetensi
|
:
|
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar metodologi pengembangan sains untuk
anak usia dini.
|
Kompetensi Dasar
|
:
|
Mahasiswa dapat memahami perkembangan kognitif anak khususnya di bidang sains, memberikan stimulus pengembangan sains sesuai dengan tahap perkembangan anak dan melakukan uji coba (eksperimen) produk sains untuk anak.
|
Indikator
|
:
|
1. Menjelaskan konsep dasar sains dan posisi anak sebagai ilmuwan.
2. Mendeskripsikan proses belajar sains dalam perspektif Behaviorisme dan Kognitifisme.
3. Mengembangkan metodologi yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
|
Deskripsi Mata Kuliah
|
:
|
Mata kuliah ini adalah mata kuliah wajib yang harus diambil oleh
mahasiswa sebagai calon pendidik anak usia dini. Teori yang diungkapkan dalam
bahasan dikaitkan dengan permasalahan riil yang terjadi di masyarakat saat
ini. Mahasiswa sebagai pendidik diharapkan mampu membimbing anak didik
khususnya dalam pengembangan sains di setiap jenjang usia anak.
|
Materi Pokok Perkuliahan
|
:
|
1. Overview MP Sains AUD
2. Anak sebagai Ilmuwan
3. Urgensi MP Sains AUD
4. Sains dalam Alquran
5. Konsep Pengembangan Sains Menurut Behaviorisme
6. Konsep Pengembangan Sains Menurut Kognitifisme
7. Metodologi Pengembangan Sains AUD
8. Pengembangan Sains AUD (0-9 tahun) |
Pendekatan Pembelajaran
Penilaian
Buku Sumber
|
:
|
Individualistic learning; metode eksperimen, performence
2.
UTS
(30%); essai tertulis
1.
2. Jo Ann Brewer, Introduction to Early Childhood Education, Six
Edition, Boston: Pearson, 2007
3. Kathleen McCartney and Deborah
Phillips, Early Childhood Development, Oxford:
Blackwell, 2006
4. Diane E. Papalia,
Sally Wendkos Olds and Ruth Duskin Feldman, Human Development, New York:
Mc Graw Hill, 2009
5. McDevitt, Teresa
M. and Jeanne Ellis Ormrod, Child Development,
New Jersey: Pearson, 2004
6. Smith, Jeffrey
Trawick, Early Childhood Development,
New Jersey: Merrill Prentice Hall, 2003
Mengetahui, Jakarta, 15 Maret 2012
Ketua
Jurusan/Prodi
Dosen
Pengampu
.............................................. Widia Winata, M. Pd
|
PERAN PAUD DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK BY Dr.GUSNAWIRTA THOIB FASLI , M.Pd
Pembukaan dimulai dengan nyanyian lagu Indonesia Raya, sepatah kata dari Rektor UMJ dan kuliah inti bersama Ibu Gusnawirta. Nyanyian lagu Indonesia diiringi oleh alunan angklung mahasiswa. Dilanjutkan dengan tarian yang dipersembahkan oleh anak-anak TK Labschool UMJ. Tarian yang indah; anak perempuan yang cantik dan cerdas berkolaborasi membentuk lingkaran dan cantik sekali.
Kuliah Umum dimulai dengan uraian dari Ibu Gusnawirta dan Ibu Rektor dilanjutkan dengan panel yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Inti dari paparan kuliah adalah;
PERAN PAUD DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
Surat Ali Imran 159;
Surat Annisa 9;
a child is a butterfly in the wind
some can fly hinger than other
but each one files the best it can
Perkembangan manusia terjadi sejak usia dini sampai dewasa; tahap oral, anal, phalik, laten dan genital. Perkembangan tersebut memuat tiga aspek yaitu perkembangan fisik, psikologis dan sosial.
BAGAIMANA PAUD DILAKSANAKAN
PAUD bukan untuk mendinikan sekolah, mengkarbit anak.
PAUD dilaksanakan melalui bermain, tidak merampas dunia anak.
PAUD dilakukan dari lingkungan anak yang terdekat, keluarga.
PAUD fungsi lembaganya adalah untuk melengkapi yang masih kurang (belum didapatkan dalam keluarga).
PAUD bertujuan untuk melejitkan potensi anak.
PERMAINAN ANAK ADALAH PENDIDIKAN (KI HAJAR DEWANTARA)
Permainan dapat menstimulasi sel syaraf anak dan pembentukan sinaps-sinaps.
MEMBENTUK KARAKTER ANAK
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Pengertian lain tentang karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi.
Minggu, 11 Maret 2012
MALAIKAT TUHAN; PUISI
Cahaya dalam kegelapan
Terang dan terus menderang
Aku menyaksikan dari sisip angin
Api yang berkobar terang
Malam terus berjalan
Aku hanya diam dalam sujudku
Tak bisa berkutik dalam angan
Duduk terpaku melihatmu
Tetes air matapun kian jelas
Dari mata lelaki-lelaki muda tak berdaya
Aku lagi-lagi hanya diam
Tak berdaya
Malam terus mencekam
Bersama teriakan manusia sengsara
Dan aku hanya diam
Seribu bahasa
10 Maret 2011 malam
Tangan-tangan congkak merangkak nista
Tak kenal iba
Tak kenal Tuhan
Menghancurkan
Melantakkan
Membunuh
Dan merajalela dalam pertikaian
Aku
Dan aku
Hanya terpaku diam
Dalam shalat malam
Malam lalu berganti siang
Masih kutatap api tak kunjung padam
Tujuh hari tujuh malam api berkobar di sarang-sarang
Nyaris menikam
Angan, fantasi dan emosi berbaur
Memasrahkan diri pada sang Pencipta alam
Bertafakur
Dan semuanya pun teranyam
Perlahan-lahan malaikat itu datang
Dalam anyaman indah
Seribu malaikat yang Kau janjikan
Kini mulai datang
Ampunku pada Tuhan
Ampunku pada kaki tangan Tuhan
Ampunku pada malaikat Tuhan
Yang sudah dijanjikan berhadapan
(mengenang satu tahun tragedi kebakaran Toko Buku Yenny tercinta, hidupku untukMu...dan para malaikatku...)
Sabtu, 10 Maret 2012
TERTIUS MAHASISWA TERGANTENG DI PAUD
PAUD merupakan disiplin ilmu yang masih sangat muda. Di Indonesia hanya beberapa universitas saja yang menawarkan Program Studi (Prodi) ini di fakultas, di antaranya Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Berdasarkan pengalaman saya selama mengajar di Prodi PAUD, baru kali ini ada mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki. Bukan berarti saya senang karena "eh ada cowo di kelas ini" tetapi lebih pada esensi sosialisasi PAUD di masyarakat kita.
PAUD didominasi oleh perempuan, baik dalam tenaga kerja di Taman Kanak-Kanak (TK), Posyandu, Play Group, PAUD atau Tempat Penitipan Anak (TPA) bahkan kalangan mahasiswa Pasca Prodi PAUDpun mayoritas perempuan. Saya melihat bahwa kecenderungan masyarakat kita masih menganggap bahwa tugas mendidik dan mengasuh anak adalah dominasi perempuan. Mulai dari proses kehamilan, kelahiran sampai mengasuh hingga anak tumbuh besar. Padahal konsepsi PAUD bukanlah demikian. PAUD adalah milik semua kalangan, laki-laki maupun perempuan. Terlepas dari peran mereka berbeda namun keberadaan laki-laki sangat penting. Figur kebapakan yang ada dalam diri laki-laki selayaknya menjadi bahan transfer kepribadian anak di kemudian hari. Dengan proses itu laki-laki harus turut serta dalam pembinaan PAUD di rumah tangga, sekolah bahkan di masyarakat umumnya.
Langkah yang ditempuh kaum laki-laki ini bisa dimulai dari kegiatan di rumah tangga seperti mendampingi istri menghadapi proses kehamilan, persalinan dan pengasuhan. Bukan saja hadir di saat-saat penting itu tetapi lebih pada hakikatnya bahwa perempuan butuh kasih sayang dan belaian dari pasangannya. Saat janin sudah bisa bergerak, bapak harus respek dengan kebutuhan janin, membelai saat berangkat kerja atau menenangkan istri jika terjadi sesak nafas. Seringkali tendangan si janin membuat ibu hamil kesulitan bernafas.
Laki-laki juga bisa mendampingi proses kelahiran. Menurut pengalaman saya, ini berdampak positif bagi perasaan suami kepada istri karena menyaksikan langsung bagaimana proses kelahiran seorang anak berlangsung, antara hidup dan mati. Kelak jika terjadi perselisihan pendapat antara suami dan istri (bertengakar) biasanya kenangan melahirkan menjadi momentum perdamaian. Bayangkan jika proses antara hidup dan mati itu disaksikan tujuh kali karena anaknya berjumlah tujuh orang maka semakin seringlah seorang laki-laki istigfar dalam kehidupannya.
Laki-laki juga harus memerankan karakternya dengan baik di hadapan anak-anak. Meskipun anaknya perempuan bukan berarti hanya tugas ibu yang mendidik tetapi bapak juga sangat berperan penting. Banyak kejadian di masyarakat kita saat ini, perempuan sulit bahkan tidak mampu menolak permintaan laki-laki untuk mempengaruhinya. Kehamilan di luar nikah, pelecehan seksual dan tindak kriminal lainnya justru dipicu oleh sikap perempuan yang tidak memiliki ketegasan, kekuatan dan konsistensi dalam berperilaku.
Ketegasan, disiplin, kekuatan dan konsistensi ini mayoritas dimiliki oleh kaum laki-laki yang selayaknya ditransfer kepada anak-anak khususnya anak perempuan. Meskipun pada dasarnya proses pendidikan antara anak laki-laki dan perempuan tetap sama hanya terdapat perbedaan peran yang memang secara kodrati sudah dutentukan Tuhan. Misalnya kondisi perempuan yang bisa hamil maka pendidikan yang diberikan harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisinya. Tentu akan berbeda dengan anak laki-laki.
Dengan paparan tersebut maka saya berharap makin banyak lagi mahasiswa-mahasiswa "ganteng" di kampus yang memilih Prodi PAUD sebagai pilihan keahliannya. Agar ke depan sosialisai PAUD makin berkembang.
PAUD didominasi oleh perempuan, baik dalam tenaga kerja di Taman Kanak-Kanak (TK), Posyandu, Play Group, PAUD atau Tempat Penitipan Anak (TPA) bahkan kalangan mahasiswa Pasca Prodi PAUDpun mayoritas perempuan. Saya melihat bahwa kecenderungan masyarakat kita masih menganggap bahwa tugas mendidik dan mengasuh anak adalah dominasi perempuan. Mulai dari proses kehamilan, kelahiran sampai mengasuh hingga anak tumbuh besar. Padahal konsepsi PAUD bukanlah demikian. PAUD adalah milik semua kalangan, laki-laki maupun perempuan. Terlepas dari peran mereka berbeda namun keberadaan laki-laki sangat penting. Figur kebapakan yang ada dalam diri laki-laki selayaknya menjadi bahan transfer kepribadian anak di kemudian hari. Dengan proses itu laki-laki harus turut serta dalam pembinaan PAUD di rumah tangga, sekolah bahkan di masyarakat umumnya.
Langkah yang ditempuh kaum laki-laki ini bisa dimulai dari kegiatan di rumah tangga seperti mendampingi istri menghadapi proses kehamilan, persalinan dan pengasuhan. Bukan saja hadir di saat-saat penting itu tetapi lebih pada hakikatnya bahwa perempuan butuh kasih sayang dan belaian dari pasangannya. Saat janin sudah bisa bergerak, bapak harus respek dengan kebutuhan janin, membelai saat berangkat kerja atau menenangkan istri jika terjadi sesak nafas. Seringkali tendangan si janin membuat ibu hamil kesulitan bernafas.
Laki-laki juga bisa mendampingi proses kelahiran. Menurut pengalaman saya, ini berdampak positif bagi perasaan suami kepada istri karena menyaksikan langsung bagaimana proses kelahiran seorang anak berlangsung, antara hidup dan mati. Kelak jika terjadi perselisihan pendapat antara suami dan istri (bertengakar) biasanya kenangan melahirkan menjadi momentum perdamaian. Bayangkan jika proses antara hidup dan mati itu disaksikan tujuh kali karena anaknya berjumlah tujuh orang maka semakin seringlah seorang laki-laki istigfar dalam kehidupannya.
Laki-laki juga harus memerankan karakternya dengan baik di hadapan anak-anak. Meskipun anaknya perempuan bukan berarti hanya tugas ibu yang mendidik tetapi bapak juga sangat berperan penting. Banyak kejadian di masyarakat kita saat ini, perempuan sulit bahkan tidak mampu menolak permintaan laki-laki untuk mempengaruhinya. Kehamilan di luar nikah, pelecehan seksual dan tindak kriminal lainnya justru dipicu oleh sikap perempuan yang tidak memiliki ketegasan, kekuatan dan konsistensi dalam berperilaku.
Ketegasan, disiplin, kekuatan dan konsistensi ini mayoritas dimiliki oleh kaum laki-laki yang selayaknya ditransfer kepada anak-anak khususnya anak perempuan. Meskipun pada dasarnya proses pendidikan antara anak laki-laki dan perempuan tetap sama hanya terdapat perbedaan peran yang memang secara kodrati sudah dutentukan Tuhan. Misalnya kondisi perempuan yang bisa hamil maka pendidikan yang diberikan harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisinya. Tentu akan berbeda dengan anak laki-laki.
Dengan paparan tersebut maka saya berharap makin banyak lagi mahasiswa-mahasiswa "ganteng" di kampus yang memilih Prodi PAUD sebagai pilihan keahliannya. Agar ke depan sosialisai PAUD makin berkembang.
RAPAT KOORDINASI PROGRAM PENELITIAN FIP UMJ
Rapat Koordinasi Program Penelitian FIP UMJ diadakan hari ini, Sabtu 10 Maret 2012 pukul 09-11 WIB di ruang Dosen FIP. Agenda utama adalah memetakkan penelitian mana yang bisa diambil sebagai bahan draf proposal tim. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari hasil lokakarya yang diadakan 1 Maret lalu. Sebagai peserta aktif, saya mengajukan proposal unggulan berupa Usul Penelitian Disertasi Doktor dan proposal pilihan Hibah Bersaing.
Penelitian Disertasi Doktor dengan judul "Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Tipe Kepribadian Terhadap Perilaku Prososial Anak Usia Dini" merupakan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Doktor di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) program studi PAUD. Dengan posisi sebagai mahasiswa aktif semester enam, saya bisa memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan DIKTI. Adapun penelitian Hibah Bersaing, saya mengajukan judul Pengembangan Model Jigsaw pada Mata Kuliah Bermain, Permainan Anak Usia Dini dan Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini di FIP UMJ. Latar belakang masalah yang diangkat adalah kurang bervariasinya pemilihan model belajar mahasiswa di perguruan tinggi serta penggunaan metode yang monoton; ceramah dan tanya jawab saja. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah model belajar yang bervariatif, kooperatif dan sesuai dengan kondisi mahasiswa yang notabene calon pendidik PAUD.
Untuk semua proposal penelitian tersebut sudah harus diterima reviewer minggu depan pada acara Penampilan Proposal Tim. Tampilan yang dibuat berupa draf, bisa dikritisi rekan-rekan sesama dosen dan tim LPPM UMJ. Hasil editing akhir akan dilaporkan ke LPPM untuk dilanjutkan ke DIKTI tanggal 30 Maret 2012.
Akhir kata, saya berdoa semoga langkah awal penelitian ini dapat disikapi dengan semangat juang tinggi karena penelitian ini adalah kompetisi tingkat nasional yang mengedepankan mutu. Sukses untuk Disertasi, sukses untuk tim. Manjadda wa jada, man shabara zofiro...amin.
Penelitian Disertasi Doktor dengan judul "Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Tipe Kepribadian Terhadap Perilaku Prososial Anak Usia Dini" merupakan tugas akhir untuk mendapatkan gelar Doktor di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) program studi PAUD. Dengan posisi sebagai mahasiswa aktif semester enam, saya bisa memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan DIKTI. Adapun penelitian Hibah Bersaing, saya mengajukan judul Pengembangan Model Jigsaw pada Mata Kuliah Bermain, Permainan Anak Usia Dini dan Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini di FIP UMJ. Latar belakang masalah yang diangkat adalah kurang bervariasinya pemilihan model belajar mahasiswa di perguruan tinggi serta penggunaan metode yang monoton; ceramah dan tanya jawab saja. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah model belajar yang bervariatif, kooperatif dan sesuai dengan kondisi mahasiswa yang notabene calon pendidik PAUD.
Untuk semua proposal penelitian tersebut sudah harus diterima reviewer minggu depan pada acara Penampilan Proposal Tim. Tampilan yang dibuat berupa draf, bisa dikritisi rekan-rekan sesama dosen dan tim LPPM UMJ. Hasil editing akhir akan dilaporkan ke LPPM untuk dilanjutkan ke DIKTI tanggal 30 Maret 2012.
Akhir kata, saya berdoa semoga langkah awal penelitian ini dapat disikapi dengan semangat juang tinggi karena penelitian ini adalah kompetisi tingkat nasional yang mengedepankan mutu. Sukses untuk Disertasi, sukses untuk tim. Manjadda wa jada, man shabara zofiro...amin.
Kamis, 08 Maret 2012
BERMAIN DALAM PERSPEKTIF KLASIK (Pertemuan 1)
Secara garis besar, ada dua pengertian bermain yaitu teori bermain
klasik dan teori bermain kontemporer. Masa permainan klasik ini berlangsung sampai pada akhir abad ke-19. Kemudian
dilanjutkan dengan teori bermain kontemporer sejak awal abad 20 hingga saat ini.
Teori bermain klasik merujuk pada
dua pandangan yaitu pandangan Barat dan non Barat. Menurut pandangan Barat
bermain dilakukan dengan cara permainan zaman Yunani dan Romawi Kuno sedangkan
teori bermain klasik menurut pandangan non Barat mengacu pada model bermain
menurut kultur di wilayah masing-masing negara.[1]
Teori
bermain klasik ini terbagi menjadi beberapa pengertian di antaranya adalah:
1)
Teori energi berlebih (energi surplus theory).
Manusia bermain apabila mereka memiliki energi
berlebih. Konsep ini berasal dari pemahaman terhadap binatang yang juga
memiliki insting memanfaatkan energinya untuk bergerak. Kemampuan bergerak ini
juga dimiliki manusia. Anak-anak yang sehat akan bermain dengan senang hati
tanpa merasa lelah. Kesenangan bermain kadangkala melupakan pekerjaan lain
seperti lupa makan, mandi atau kegiatan yang lainnya. Sebaliknya jika anak-anak
sakit, kemampuan bermain dengan energi berlebih ini menjadi berbeda kualitas
dan kuantitasnya.
2)
Teori rekreasi (the recreation theory)
Bermain sebagai aktivitas yang terkait erat
dengan rekreasi. Rekreasi merupakan kemampuan natural yang dimiliki manusia untuk
menyenangkan dirinya. Kegiatan yang menyenangkan seperti memancing, jalan-jalan
dan berenang termasuk kategori pengertian ini. Aktivitas itu dilakukan sebagai
bagian dari rekreasi. Dalam bermain sebagai rekreasi, fungsi kognitif tidak
begitu berperan. (Takhvar 1988) Karena pada dasarnya anak-anak melakukan
kegiatan bermain dengan cara meniru apa yang dilakukan orang dewasa di sekitarnya,
tanpa tekanan. Jadi kegiatan yang dilakukan dalam bermain rekreasi dilakukan
dengan santai, tidak kaku dan menyenangkan.
3)
Teori melaksanakan insting
(the instinct practice theory)
Anak bermain untuk persiapan kehidupan
mendatang setelah dewasa. Peran yang dilakukan oleh orang dewasa saat ini ditiru oleh anak.
Dalam permainan tersebut anak-anak melakukan aktivitas yang biasa dilakukan
orang dewasa sehari-hari tetapi dalam konteks pemahaman mereka dan dalam bentuk
bermain. Teori ini diasosiasikan dengan Karl Groos (1898, 1901)
dan dinamakan juga pre – exercise
theory.
4)
Teori rekapitulasi (the
recapitulation theory)
Teori ini berdasarkan teori evolusi manusia. Hall menggambarkan
bermain sebagai kebiasaan manusia menggunakan motorik untuk bergerak. Seperti
gerakan-gerakan yang sering dilakukan
binatang di hutan. Anak-anak yang senang sekali bergelantungan seperti
monyet di pohon, memanjat atau berjingkat-jingkat termasuk model bermain ini.
Permainan yang membutuhkan ekspresi instingnya sebagai makhluk hidup.
5)
Teori katarsis (the
catharsis theory)
Yang dimaksud dengan katarsis adalah perasaan
tertekan disebabkan oleh sandiwara tragedi. Katarsis dapat juga berarti
ungkapan tentang sesuatu yang tidak menyenangkan kemudian diatasi kembali. Anak bermain dengan mengekspresikan emosi seperti marah, benci atau
kesal. Menurut Claperde’s nilai bermain ini menjadi hilang jika sudah merusak
seperti membanting pintu, jendela atau kursi. Ekspresi emosi seperti ini
ditentang keras oleh pendidik anak usia dini modern. Dalam beberapa cara
bermain katarsis, hampir sama dengan bermain energy berlebih hanya bedanya pada
permainan ini ada luapan emosi yang dialami anak. [2]
Dalam pengertian teori bermain klasik non Barat, bermain adalah
ekspresi konteks kultural masyarakat yang ada di sekitar anak. Teori ini
mengacu pada perspektif kultural masing-masing negara. Permainan tari Lion
berasal dari China yang dimainkan anak-anak ketika perayaan tahun baru atau
Imlek. Permainan ini dipengaruhi oleh paham Confucianisme. Permainan
tradisional India dipengaruhi oleh nilai-nilai kehidupan agama Hindu. Begitu
pula di Jepang, bermain banyak dipengaruhi oleh filosofi Wada. Termasuk
Indonesia memiliki berbagai macam jenis permainan yang bernuansa kultural
masyarakat Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)