Senin, 22 Juli 2013

PAKIS

Sore di pinggir kampus, kulihat pakis begitu banyak, satu jenisnya mirip dengan pakis yang kumiliki di rumah. Pakis ini aku peroleh dari tebing Ngarai Paku yang ada di belakang rumah nenekku, Bukittinggi. Menarik, sisi daunnya bergelombang. Bila tunas barunya muncul, ia akan bergulung seperti malu-malu. Menarik karena warnanya hijau seperti warna kesukaanku.

Pakis yang ada di kampus ini juga sama dengan pakis yang ada di rumahku saat ini. Aku bingung bagaimana cara pengembangbiakannya, apakah melalui pemisahan daun, tunas atau bagaimana?

RAMADHAN

Matahari telah tinggi di bulan Ramadhan ini
Sisi kerja yang tanpa putus asa mengisi lembar bulan ini
Kerja yang terbait ibadah, keikhlasan tentunya

Allah jadikan hamba-hamba-Mu yang berpuasa sebagai hamba penghuni Surga, Amin
Karena di dalam puasa ada kesabaran, kehambaan itu sendiri

Kamis, 30 Mei 2013

DI ANTARA DUA KAKI HITAM

Suara azan berkumandang dari cerobong suara Masjidil Haram. Semua jamaah shalat subuh bersegera menempati saf yang sudah menjulur sampai di pinggiran Zam Zam Tower. Jamaah beragam; etnis, warna kulit, rupa dan bahasa. Saya terperangah memperhatikan beberapa orang kulit hitam yang duduk di depan saya. Badannya yang besar, hitam dan gigi yang putih cukup membuat saya heran, baru kali ini saya menyaksikan orang kulit hitam dalam jumlah banyak.
Hari pertama kedatangan di Tanah Suci Mekah dalam rangka haji membuat mata saya sibuk kerlap-kerlip ke sana kemari. Memperhatikan suasana mesjid dan terutama memperhatikan orang-orang yang ada di sekeliling saya. Semua bersegera mengambil posisi shalat di tempat yang nyaman karena sisa tempat yang masih ada tinggal parkiran di lantai bawah. Hari kedatangan saya merupakan hari puncak pelaksanaan haji, esok harinya saya dan rombongan harus berangkat ke Arafah. Semua jamaah dari seluruh dunia sudah berkumpul di Mekah. Kedatangan ini yang disebut dengan gelombang kedua. Keuntungan gelombang kedua ini adalah energi fisik masih full untuk persiapan haji tetapi sulitnya ya sisi shalat yang sudah berhimpitan satu dengan yang lainnya. Masjidil Haram sudah tidak bisa menampung jamaah di hari puncak seperti ini.
Jadilah saya shalat subuh berhimpitan dengan jamaah kulit hitam tadi. Laki-laki perempuan sejajar saja dalam satu saf yang panjang.
"Allahuakbar"  takbir berkumandang. Ketika sujud, suka tidak suka, kepala saya berada di antara dua kaki hitam yang besar. Sujud yang dipaksakan sujud dengan posisi yang sudah sangat sempit. Begitulah suasana mesjid di hari puncak haji.
Melihat kenyataan ini membuat saya berpikir bahwa saya harus datang satu jam sebelum azan berkumandang. Ya shalat zuhur. Saya dan rombongan datang pukul sebelas siang dan bisa masuk ke mesjid dengan mudah, mengambil posisi depan Ka'bah. Persoalannya perempuan tidak boleh shalat di altar Ka'bah tetapi harus masuk di dalam mesjid di belakang saf laki-laki. Saya mencoba menyelusup di antara para laki-laki, kekeuh ingin shalat persis di depan Ka'bah, tetapi tetap saja ketahuan oleh askar. Yah...diusir.
Setiap hari saya mengelilingi posisi bab (pintu) yang menghadap ke Ka'bah. Melihat dimana saya bisa shalat dengan langsung melihat atau berhadapan dengan Ka'bah tanpa terhalang apapun.
Hari keenam, barulah saya menemui bab itu, Babul Umrah. Ternyata sisi kiri Babul Umrah ternyata ada saf untuk perempuan yang menghadap langsung ke Ka'bah (semua juga menghadap ke Ka'bah) hanya bedanya di Babul Umrah ini, pandangan mata kita langsung ke Ka'bah tanpa terhalang oleh apapun juga. Masyallah....tempat ini menjadi rebutan para jemaah perempuan karena hanya satu-satunya gerombolan saf yang diperuntukkan bagi perempuan yang menghadap langsung ke Ka'bah, yang lainnya saf perempuan diletakkan di belakang para laki-laki di dalam bangunan mesjid.


Minggu, 19 Mei 2013

KETIKA STATUS MENDUA; DOSEN ATAU GURU

Profesor Indomie, profesor cabe keriting, profesor Universitas Mercu Buana, itu tulisan yang pertama kali saya baca kemarin Jumat ketika memasuki ruangan Kopertis wilayah 3 lantai 3. Hati saya bergelik, kenapa dus-dus ini ada di sini? seperti tumpukan sembako di toko Engkok pedagang sembako pasar tradisional.
Ternyata, itu adalah berkas beberapa orang dosen yang mengajukan jabatan akademik sebagai profesor di Kopertis wilayah 3. Uniknya dus itu ada yang rapi dan ada yang tidak diduskan, hanya tumpukan map yang diikat tali seadanya. Hati saya berkata lagi, seandainya nanti tiba masanya jabatan akademik saya diluncurkan dari lektor ke profesor, saya akan cari tempat yang indah untuk menempatkan semua berkas; prosiding, sertifikat, jurnal, dan bahan lainnya. Universitas Mercu Buana salah satu contohnya, tiga profesor yang mengajukan, semua berkasnya dimasukkan ke dalam kardus bermerek Universitas Mercu Buana dan sangat rapi. Ini bisa menjadi contoh.
Itu sekelumit hal yang saya lirik terkait dengan profesi sebagai dosen. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005, mengisyaratkan bahwa guru dan dosen harus memiliki sertifikasi. Persoalannnya, saat ini masih banyak di antara guru dan dosen yang memiliki status rama-rama. Maksud saya adalah ia sebagai dosen dan juga sekaligus sebagai guru. Guru di sekolah yang sudah memiliki NUPTK dan sudah menerima uang sertifikasi guru, bingung memilih, apakah status yang sudah mapan ini harus diganti dengan dosen yang sudah digeluti juga sejak lama? buah simalakama.
Kebijakan terbaru pemerintah saat ini memang mengharuskan guru atau dosen untuk memilih status yang pas dan hanya satu karena terkait pembagian uang negara yang diperuntukkan bagi dosen atau guru yang sudah memiliki sertifikasi. Jika seseorang menerima dua sertifikasi secara bersamaan maka hal ini dihukumi korupsi yang mengundang KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk menangkap dosen atau guru tersebut agar uang dikembalikan bahkan dikenai berbagai pasal. Wah..jangan sampai ini terjadi pada diri kita, para dosen, pilihlah statusmu, karena itu akan mempermudah pula pengauditan data di Dikti. Jangan memiliki status dua.

STUDI ETNOGRAFI BUDAYA SUNDA 2014

Studi etnografi budaya Sunda mewarnai penelitian saya pada 2014 nanti. Meski baru kabar berita yang dihembuskan rekan-rekan sesama dosen, bahwa proposal penelitian ini lolos tahap awal pada Kompetisi Nasional Skim Fundamental anggaran 2014, namun mampu membuat saya bergairah untuk tetap memacu semangat membuat proposal-proposal berikutnya. Banyak pengalaman menarik dibalik terkirimnya proposal ini. Berbeda dari tahun sebelumnya (saya juga memenangkan Skim Hibah Doktor anggaran 2013) yang bersifat manual, sekarang semua serba on line. Berikut ini petikan pengalaman saya yang bisa menjadi inspirasi bagi rekan-rekan yang ingin memulai atau bahkan sudah memulai meneliti via kompetisi Dikti.

1. Jangan berfokus pada proposal tetapi fokuslah terlebih dahulu pada NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional) yang dimiliki oleh ketua tim maupun anggotanya. Persyaratan utama mengikuti kompetisi ini adalah seorang dosen sudah memiliki NIDN yang tercatat secara on line di data base Dikti.  Persoalan NIDN inilah yang membuat shock beberapa rekan, termasuk saya sendiri. Bagaimana saya tidak panik, waktu yang disediakan dua hari lagi, ternyata anggota penelitian saya tidak memiliki NIDN. Anggota tersebut diganti dengan rekan yang lain, ternyata proses impassing NIDN-nya juga belum selesai. Ganti lagi dengan salah seorang rekan perempuan yang sudah lama mengajar di kampus kami, tetap saja komputer tidak mau menerima data dosen tersebut. Terakhir ibu Kaprodi Bahasa yang saya masukkan sebagai anggota dengan agak setengah hati karena sudah lelah mengutak-atik komputer selama berjam-jam.
2. Dosen yang sudah memiliki NIDN mendaftarkan diri ke LP2M kampus dimana ia mengajar, untuk mendapatkan user name penelitian. User nama tersebut dimanfaatkan untuk membuka laman SIMLITABMAS Dikti untuk mendaftar kompetisi. Masukkan data lengkap ketua penelitian berikut anggota. Masing-masing penelitian memiliki skim yang berbeda dan berbeda pula persyaratannya. Unggulan Perguruan Tinggi misalnya, memiliki aturan, salah satu anggotanya harus bergelar Doktor. Ini juga penyebab proposal saya ditolak komputer karena tidak ada anggota saya yang bergelar Doktor. Akhirnya penelitian itu diubah menjadi Fundamental ( jika Unggulan bisa ratusan juta, Fundamental hanya 75 jutaan).
3.Setelah data dimasukkan, barulah dosen mengunggah proposal dalam muatan tidak lebih dari 5 MB. Stres-nya lagi, saya salah memahami peraturan bahwa semua proposal harus di pdf-kan, saya justru men-scan semua lembaran proposal dan menjadikannya satu file. Hm..runyam! Keterbatasan kemampuan teknologi nampaknya menjadi kendala juga. Ini menjadi tantangan ke depan, harus terus belajar.
4. Satu bulan berikut diumumkan pemenang kompetisi. 33 proposal yang masuk Dikti dari UMJ, lolos berkas sebanyak 25 proposal (lumayan kan). Kurang lebih 10 proposal FIP, hanya dua yang lolos, yaitu (1) "Kecerdasan Jamak" oleh Dr. Ansharullah (Ketua), Herwina Bahar, MA (Anggota) dan Dr. Hj. Widia Winata, M. Pd (Anggota). (2) "Studi Etnografi Budaya Sunda" oleh Dr. Hj. Widia Winata, M. Pd (Ketua) dan Ati Kusmawati, M. Si (Anggota).
5. Proposal yang lolos tersebut diujikan kembali dalam presentasi bersama tim reviewer. Ketua peneliti tidak boleh mewakilkan presentasi kepada orang lain dan ketua harus benar-benar memahami apa yang akan diteliti.
6. Setelah diumumkan menang, selayaknya peneliti terjun ke lapangan meski dana yang dijanjikan belum turun. Dana akan diturunkan per-Agustus setiap tahunnya.

Minggu, 05 Mei 2013

KONSEP DASAR PAUD DAN PERKEMBANGAN ANAK



KONSEP DASAR PAUD

Per
Tanggal
Topik
Tugas
1
04/05/13
Pendidikan Anak Usia Dini;
Pendidik, Anak Usia Dini, Pendidikan, Organisasi Pendidik.
Mahasiswa membawa data dan informasi tentang topik, diskusi bersama.
2
18/05/13
Arah baru dalam PAUD;
Peran pemerintah dan Undang-Undang terkait.
Mahasiswa membawa undang-undang yang terkait dengan penyelenggaraan PAUD di Indonesia (analisis SWOT).
3
01/06/13
Tokoh ternama dalam PAUD;
Tokoh, Teori yang dimunculkan:
Piaget, Vygotsky, Ki Hajar Dewantara
Mahasiswa membawa profil dan teori PAUD yang dipopulerkan para tokoh dan presentasi.
4
22/06/13
Penerapan Program PAUD;
High Scope, Montessori, Sekolah Alam
Mahasiswa melakukan observasi ke sekolah yang ditunjuk, membuat laporan
5
06/07/13
Materi pilihan mahasiswa
Mahasiswa mempersiapkan materi
6
20/07/13
UAS
Mahasiswa menjawab pertanyaan secara tertulis.

Evaluasi:
Harian = Keaktifan dalam diskusi
UTS = Hasil tugas yang dilakukan perkelompok
UAS = Tertulis

PERKEMBANGAN ANAK
Per
Tanggal
Topik
Tugas
1
04/05/13
Perkembangan Anak;
Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
Mahasiswa memberikan beberapa contoh permasalahan anak secara umum.
2
18/05/13
Perkembangan Fisik
Mahasiswa membuat makalah tentang perkembangan anak yang dibagi menjadi kategori (0-2 tahun, 2-4 tahun, 4-6 tahun, 6-8 tahun)
3
01/06/13
Perkembangan Sosial Emosional
4
22/06/13
Perkembangan Kognitif
5
06/07/13
Perkembangan Moral Agama
6
20/07/13
Final dan UAS
Mahasiswa merangkum hasil pertemuan dan menyerahkan hasil UAS.
Evaluasi:
Harian = Keaktifan dalam diskusi
UTS = Hasil tugas yang dilakukan perkelompok
UAS = Mahasiswa membuat hasil observasi tentang perkembangan anak

Contoh Lembar observasi:
Lembar Observasi
Nama Anak               :
Usia                            :
Aspek yang diamati:
Deskripsi:



Refleksi:






Minggu, 21 April 2013

KARTINI MASA KINI


Dr. Hj. Widia Winata, M. Pd lahir di Jambi, besar di lingkungan pasar dengan berbagai macam retorika yang ada di dalamnya. Bergaul dengan anak-anak jalanan, pecandu narkoba, pengamen dan anak-anak korban kekerasan seksual. Meski demikian, ia mampu tidak terperosok oleh lingkungan itu. Kedua orang tuanya bekerja sebagai pedagang dan saat kelas tiga SD pindah sekolah ke Riau dan tinggal di Pasar KM 4 Perawang.
Ibunya hanya mengenyam pendidikan sampai kelas empat SD dan ayahnya hanya kelas satu SD. Pendidikan orang tua yang minim itulah, ia berpikir bahwa "aku harus mampu menjadi pencerah". Ditinjau dari paradigma orang tuanya melihat dari sisi materi, cukuplah menjadi pedagang yang sukses, tidak perlulah sekolah yang tinggi. Itu hanya akan membutuhkan banyak biaya dan mahal. Lingkungan orang-orang pasar yang tidak peduli dengan pendidikan itulah yang mendasari pikirannya untuk mampu merubah dan menjadi pencerah, baik dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, budaya dan politik.
Selepas SD, ia memutuskan bersekolah di Diniyyah Puteri Padang Panjang. Menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan sangat berbeda dengan lingkungan pasar yang minim aturan di dalamnya. Lingkungan pesantren itulah yang mendidiknya untuk bersikap disiplin sembari terus berusaha memperjuangkan hak-haknya untuk mampu mendapatkan pendidikan yang lebih. Dinikahkan oleh orang tuanya dengan pedagang pasar yang sukses pada usia 18 tahun, selepas menamatkan pendidikannya di Diniyyah Puteri Padang Panjang. Ibunya khawatir, jika tidak menikah secepatnya, akan didahului oleh sang adik yang badannya lebih besar dan seksi, sedangkan ia berpostur imut-imut. Stigma dan tradisi pernikahan yang ada di daerahnya menegaskan bahwa jika seorang gadis mendekati usia 20-an dan sudah dilamar sebanyak tiga kali lalu tidak diindahkan, maka jodohnya akan jauh.
Meneruskan pendidikan S1-nya di UIN Jakarta, jurusan Pendidikan Agama Islam dengan status sebagai ibu rumah tangga (pada saat itu), tidak membuatnya mudah menyerah dan gentar untuk terus berjuang menjadi sang pencerah. Walau sebetulnya ibunda sangat menentang ia melanjutkan kuliah. Ibunda khawatir, ia tidak mampu karena perjalanan dari Cileungsi (tempat tinggalnya) ke kampus UIN yang berada di Ciputat cukup jauh jaraknya serta badannya yang kecil sangat membuat ibunda khawatir.
Namun dengan penuh keyakinan, ia meyakinkan ibunda bahwa ia mampu seraya berkata "jika ibu tidak mengizinkan kuliah, lebih baik ibu bunuh saja aku". Pembunuhan karakter lebih tepatnya.  Hati ibunda tersentuh dan menangis tersedu-sedu, lalu mengizinkan melanjutkan studi.
Dukungan suami tercinta dan ibunda membuat ia lulus dengan nilai sangat memuaskan (cumlaude). Ibunda pula orang pertama yang menangis bahagia dan terharu dengan perjuangan dan kegigihan anaknya. Melanjutkan S2 dan S3 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan meraih gelar Doktor PAUD pada usianya yang ke-32 tahun.
Sudah barang pasti jika ada halangan dan rintangan yang ia hadapi dalam perjalanan karirnya selama ini. Salah satunya dari lingkungan masyarakat dan tradisi yang sangat kurang mendukung, bersinergi dan kurang peduli dengan dunia perempuan. Sulitnya memberi pengertian bahwa perempuan bisa; mampu membuat perubahan, perempuan mampu menjadi seperti apa yang ia mau.
Kendala lain adalah dalam hal memanage waktu. Selain sebagai ibu rumah tangga, mahasiswa, aktivis, pedagang dan dosen, membuat ia banyak belajar bagaimana memanage waktu agar semua terkafer dengan baik. Sembari tak lupa (senantiasa) berdo'a dan mendekatkan diri kepada Allah, selalu menyelesaikan masalah yang mendera dan mau belajar dari manapun dan dengan siapapun, itulah kunci kesuksesannya.
Tentu saja dibalik kesuksesan saat ini sebagai Doktor PAUD pertama di FIP UMJ dan Sekretaris Program Studi PAUD FIP UMJ, tak lepas dari karunia Allah yang selalu memudahkan jalan yang ia tapaki dan dukungan ibunda yang pada awalnya sempat menentang karirnya. Ayahanda, suami dan anak tercinta yang selalu mendukung dengan penuh kasih.
Pesan untuk perempuan-perempuan Indonesia dan generasi muda; kenali dirimu, baik fisik dan potensi-potensi yang ada di dirimu, kembangkan potensi tersebut dan syukuri apa yang telah dicapai, terima dengan lapang dada.
Sangat inspiratif sekali kan kawan!
Redaksi Majalah Dinding HIMMA PAUD FIP UMJ, Versi Hari Kartini 2013

Kamis, 28 Maret 2013

NASI GORENG KUJANG; Menu Anak

Lama tidak menulis di blog membuat saya terinspirasi oleh nasi goreng ini sebagai pemula percakapan dengan pembaca blog. Libur hari ini diisi dengan kegiatan memasak dan menanam bunga. Pilihan pertama adalah memasak nasi goreng sesuai dengan permintaan anak di pagi hari.
Ayuk kita mulai! 
Bahan:
Bawang merah (5 siung), bawang putih (3 siung), jahe (1 potong kecil), cabe merah (5 buah), daun seledri dan daun bawang (2 batang), nasi putih (2 piring), kerupuk (10 keping), telur (3 butir), minyak goreng (5 sendok makan), ayam yang sudah digoreng (1 potong), tulang rawan ayam (1 potong), ketimun (1 buah), kacang panjang (2 tali), kecap manis (3 sendok makan), garam (1 sendok makan). 
Persiapan:
Iris halus bawang merah, daun bawang, seledri, ayam dan kacang panjang. Letakkan di wadah dengan posisi terpisah-pisah. Goreng telur satu persatu dengan model telur mata sapi, sisakan satu untuk dicampurkan ke dalam nasi. Goreng kerupuk, pisahkan. Bawang putih, cabe dan jahe digiling halus.
Memasak Inti:
Tuangkan minyak goreng ke dalam kuali/wajan. Tunggu panas, masukkan irisan bawang merah, aduk merata. Setelah wangi masukkan gilingan bawang putih, cabe dan jahe, tambahkan kecap. Aduk merata, masukkan telur dan ayam secara bersamaan, aduk. Masukkan nasi dan terus diaduk. Setelah nasi berubah warna, masukkan daun bawang dan seledri yang sudah diiris halus, tambahkan irisan kacang panjang.
Desain:
Ambil piring dan tata nasi goreng di atasnya dengan paduan seperti berikut; Telur mata sapi diletakkan di pojok piring agar tidak menutupi indahnya nasi. Ketimun yang dipotong berjejer diletakkan di pinggir sebelah telur. Kerupuk di sejajarkan dengan ketimun tetapi diberi jarak agar tidak layu tersentuh air ketimun. Tulang rawan ditancapkan di tengah-tengah nasi secara tegak layaknya Tugu Kujang. Desain ini penting untuk menarik minat anak agar mau makan. Biasanya anak-anak suka bosan dengan menu yang monoton apalagi jika tidak didesain sesuai dengan karakter anak-anak yang suka hiasan. Di sini saya juga membuat sedikit “tipuan” bagi anak-anak yang sulit sekali makan sayur, saya meracik kacang panjang kecil-kecil agar tidak terlalu terlihat wujudnya. Ini menyiasati agar anak-anak tetap bisa makan sayuran dengan lahap tanpa bisa memisah-misahkan sayuran tersebut dari nasi. Ketimun juga diupayakan dimakan anak dengan memoles tatanan nasi, sambil berkata “oh ya, ini adalah angkot-angkot yang sedang macet di Tugu Kujang”. Menarik bukan?
Tips Tambahan:
Masak nasi dengan air sedikit agar nasi tidak lembek (nasi badarai). Goreng telur dengan minyak yang panas agar pinggiran telur bisa dibentuk seperti bunga yang sedang mekar. Goreng kerupuk dengan minyak bekas penggorengan ayam agar rasa ayam menyatu dengan kerupuknya. Hidangkan nasi goreng sambil bercerita kepada anak tentang keunikan wilayah Kujang, Cibinong, Bogor. Tugu Kujang terletak di tengah kota dengan keramaian penduduk yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Tugu ini direpresentasikan dengan tulang rawan ayam yang ditata di tengah-tengah nasi goreng. Kerupuk di letakkan di pinggiran piring sebagai simbol bahwa di sekitar tugu Kujang terdapat berbagai ragam etnik yang turut memajukan pembangunan Kujang. Uniknya, ketimun disimbolkan sebagai susunan angkot yang berjubel berseliwiran di bundaran Tugu Kujang setiap harinya. Hm…anak-anak, suka bukan? Bila makan sambil diceritakan sejarah daerah kita?