Minggu, 21 April 2013

KARTINI MASA KINI


Dr. Hj. Widia Winata, M. Pd lahir di Jambi, besar di lingkungan pasar dengan berbagai macam retorika yang ada di dalamnya. Bergaul dengan anak-anak jalanan, pecandu narkoba, pengamen dan anak-anak korban kekerasan seksual. Meski demikian, ia mampu tidak terperosok oleh lingkungan itu. Kedua orang tuanya bekerja sebagai pedagang dan saat kelas tiga SD pindah sekolah ke Riau dan tinggal di Pasar KM 4 Perawang.
Ibunya hanya mengenyam pendidikan sampai kelas empat SD dan ayahnya hanya kelas satu SD. Pendidikan orang tua yang minim itulah, ia berpikir bahwa "aku harus mampu menjadi pencerah". Ditinjau dari paradigma orang tuanya melihat dari sisi materi, cukuplah menjadi pedagang yang sukses, tidak perlulah sekolah yang tinggi. Itu hanya akan membutuhkan banyak biaya dan mahal. Lingkungan orang-orang pasar yang tidak peduli dengan pendidikan itulah yang mendasari pikirannya untuk mampu merubah dan menjadi pencerah, baik dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, budaya dan politik.
Selepas SD, ia memutuskan bersekolah di Diniyyah Puteri Padang Panjang. Menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan sangat berbeda dengan lingkungan pasar yang minim aturan di dalamnya. Lingkungan pesantren itulah yang mendidiknya untuk bersikap disiplin sembari terus berusaha memperjuangkan hak-haknya untuk mampu mendapatkan pendidikan yang lebih. Dinikahkan oleh orang tuanya dengan pedagang pasar yang sukses pada usia 18 tahun, selepas menamatkan pendidikannya di Diniyyah Puteri Padang Panjang. Ibunya khawatir, jika tidak menikah secepatnya, akan didahului oleh sang adik yang badannya lebih besar dan seksi, sedangkan ia berpostur imut-imut. Stigma dan tradisi pernikahan yang ada di daerahnya menegaskan bahwa jika seorang gadis mendekati usia 20-an dan sudah dilamar sebanyak tiga kali lalu tidak diindahkan, maka jodohnya akan jauh.
Meneruskan pendidikan S1-nya di UIN Jakarta, jurusan Pendidikan Agama Islam dengan status sebagai ibu rumah tangga (pada saat itu), tidak membuatnya mudah menyerah dan gentar untuk terus berjuang menjadi sang pencerah. Walau sebetulnya ibunda sangat menentang ia melanjutkan kuliah. Ibunda khawatir, ia tidak mampu karena perjalanan dari Cileungsi (tempat tinggalnya) ke kampus UIN yang berada di Ciputat cukup jauh jaraknya serta badannya yang kecil sangat membuat ibunda khawatir.
Namun dengan penuh keyakinan, ia meyakinkan ibunda bahwa ia mampu seraya berkata "jika ibu tidak mengizinkan kuliah, lebih baik ibu bunuh saja aku". Pembunuhan karakter lebih tepatnya.  Hati ibunda tersentuh dan menangis tersedu-sedu, lalu mengizinkan melanjutkan studi.
Dukungan suami tercinta dan ibunda membuat ia lulus dengan nilai sangat memuaskan (cumlaude). Ibunda pula orang pertama yang menangis bahagia dan terharu dengan perjuangan dan kegigihan anaknya. Melanjutkan S2 dan S3 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan meraih gelar Doktor PAUD pada usianya yang ke-32 tahun.
Sudah barang pasti jika ada halangan dan rintangan yang ia hadapi dalam perjalanan karirnya selama ini. Salah satunya dari lingkungan masyarakat dan tradisi yang sangat kurang mendukung, bersinergi dan kurang peduli dengan dunia perempuan. Sulitnya memberi pengertian bahwa perempuan bisa; mampu membuat perubahan, perempuan mampu menjadi seperti apa yang ia mau.
Kendala lain adalah dalam hal memanage waktu. Selain sebagai ibu rumah tangga, mahasiswa, aktivis, pedagang dan dosen, membuat ia banyak belajar bagaimana memanage waktu agar semua terkafer dengan baik. Sembari tak lupa (senantiasa) berdo'a dan mendekatkan diri kepada Allah, selalu menyelesaikan masalah yang mendera dan mau belajar dari manapun dan dengan siapapun, itulah kunci kesuksesannya.
Tentu saja dibalik kesuksesan saat ini sebagai Doktor PAUD pertama di FIP UMJ dan Sekretaris Program Studi PAUD FIP UMJ, tak lepas dari karunia Allah yang selalu memudahkan jalan yang ia tapaki dan dukungan ibunda yang pada awalnya sempat menentang karirnya. Ayahanda, suami dan anak tercinta yang selalu mendukung dengan penuh kasih.
Pesan untuk perempuan-perempuan Indonesia dan generasi muda; kenali dirimu, baik fisik dan potensi-potensi yang ada di dirimu, kembangkan potensi tersebut dan syukuri apa yang telah dicapai, terima dengan lapang dada.
Sangat inspiratif sekali kan kawan!
Redaksi Majalah Dinding HIMMA PAUD FIP UMJ, Versi Hari Kartini 2013