Jumat, 02 Maret 2012

BIMBINGAN PRAKTIKUM IBADAH dan QIRAAT (PIQI) UIN 2012

PIQI 2011
Berdasarkan hasil evaluasi PIQI 2011 yang lalu, diketahui bahwa 90% mahasiswa lulus dengan nilai memuaskan. Poin nilai lebih tinggi terletak pada praktek ibadah dibandingkan dengan praktek qiraat. Perbedaan ini mencolok karena unsur tahfizul Quran memiliki kesulitan tersendiri bagi mahasiswa. Mayoritas mereka adalah lulusan SMU dan SMK yang tidak pernah mondok di pesantren. Pilihan studi ke UIN dimaksudkan untuk memperdalam ilmu di bidang sosial pada taraf strata 1. Lemahnya basic tahfizul Quran menjadi kendala tersendiri.
Pada saat pertama kali saya memasuki kelas PIQI, hanya dua orang mahasiswa saja yang menikmati proses introduction. Dua mahasiswa ini berasal dari pondok pesantren Tangerang dan Cileungsi. Mahasiswa yang lain terlihat stres dan takut melihat saya (bukan karena wajah saya yang killer ya...) tapi lebih pada penjabaran materi yang dirasa sangat berat.
Pertemuan demi pertemuan saya susun untuk menjalin ikatan emosi yang kuat, saya meyakinkan mereka bahwa tidak ada yang sulit selama kita mau berusaha. Ibadah adalah kebutuhan bukan paksaan. Ibadah akan terasa nikmat jika anda cintai. Maka semaikanlah cinta dalam tiap topik yang saya jabarkan. Saya juga berusaha menjadi diri saya sendiri di hadapan mahasiswa; menjadi sahabat tempat keluh kesah, tak jarang mereka mengaitkan proses kehidupan yang mereka alami sehari-hari dengan kegiatan kami di ruang kelas.
Bagi saya ikatan batin sangat penting dalam proses pembelajaran. Bagaimana seseorang bisa menikmati proses sementara hatinya tertekan, merasa seperti berada dalam penjara yang pengap. Alasan inilah yang membuat saya semakin bersemangat untuk selalu membuat mereka tersenyum dan tertawa saat ada praktek yang keliru (misalnya jenazah pria diberi kerudung atau ketika seorang mahasiswa kutbah nikah menyebut nama seorang teman yang lama dia idam-idamkan). Proses berjalan selama 32 kali pertemuan yaitu kurun waktu satu tahun (SK Pebruari 20011-27 Desember 2011).
Berdasarkan urutan Satuan Acara Bimbingan dan proses yang dilalui, akhirnya saya menyimpulkan bahwa PIQI 2011 sukses dengan predikat A untuk mahasiswa dan A pula untuk predikat dosen. Alhamdulillah...
PIQI 2012
Evaluasi di atas menjadi patokan saya tahun ini. Kelemahan harus dikurangi bahkan dihabiskan demi tercapainya kemaksimalan proses. Yang ingin saya tekankan adalah masalah disiplin waktu, pembagian surat dan komunikasi dengan mahasiswa yang bermasalah. Tiga hal pokok ini menjadi fokus utama agar menjadi bahan perbaikan saya bersama mahasiswa.
DISIPLIN WAKTU
Waktu sudah disediakan oleh pihak kampus untuk dimaksimalkan penggunaannya. Setiap pertemuan sangat berharga karena topik-topik tidak akan diulang lagi pada pertemuan berikut. Semua topik sesuai jadwal yang ditentukan. Pertimbangan lain dalam hal manajemen waktu adalah mata kuliah lain yang berjalan berbarengan dengan PIQI. Sedihnya, PIQI tidak masuk dalam skajul mata kuliah reguler tetapi disusun sendiri pertemuannya oleh dosen bersangkutan. Seringkali skajul bersamaan dengan mata kuliah sehingga PIQI harus mengalah untuk mencari waktu lain di luar kuliah mahasiswa.
Waktu juga harus dipentingkan karena mayoritas sivitas akademik cenderung sistem kebut semalam alias SKS. Mahasiswa terburu-buru mengahafal atau mempersiapkan bahan praktek dalam satu malam atau penghujung pertemuan. Biasanya ini terjadi di bulan Nopember dan Desember. Kondisi panik terjadi di kampus karena masa bimbingan tersisa satu bulan lalu sementara banyak topik belum dipraktekkan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, dosen dan mahasiswa harus komitmen pada kontrak bimbingan yang sudah diberikan dosen di awal pertemuan (introduction).
PEMBAGIAN SURAT
Surat yang dihapalkan ada dua jenis; Juz Amma dan Surat Pilihan. Juz Amma (Juz 30 Quran) dibagi menjadi tiga cluster yaitu Surat Annaas sampai Addhuha (cluster 1), Allail sampai Almuthaffifin (cluster 2) dan Alinfithar sampai Annaba' (cluster 3). Ketiga cluster ini memiliki ciri khas dan poin nilai yang berbeda. Saran saya, sebaiknya mahasiswa menghafal di setiap cluster meskipun tidak tuntas di masing-masing cluster itu.
Surat Pilihan terdiri dari 14 surat;  Albaqarah (255-257), Albaqarah (284-286), Ali Imran (133-136), Ali Imran (190-195), Annisa' (34-36), Bani Israil (78-85), Alanfal (1-8), Arrum (20-27), Alwaqi'ah (semua ayat), Almuluk (semua ayat), Yasin (semua ayat), Assajadah (semua ayat), Almukminun (semua ayat) dan arrahman (semua ayat). Surat-surat tersebut dipilih berdasarkan minat sebanyak lima surat "saja".
Mengapa kata "saja" saya tulis dengan tanda kutip? Karena itu sebenarnya sangat sulit. Saya tidak bisa pungkiri bahwa qiraat jauh lebih sulit daripada ibadah tetapi hakikatnya inilah tantangan untuk menyatakan diri bahwa kita BISA!
KOMUNIKASI dengan MAHASISWA yang BERMASALAH
Umumnya semua mahasiswa bermasalah pada saat pertama kali masuk kelas PIQI. Kondisi ini membuat saya menyusun strategi sendiri yaitu CINTA. Saya mencintai profesi ini maka seluruh kesulitan yang ada adalah kenikmatan bagi saya. Dalam cinta ada senyuman dan juga bahagia. Poin ini terus saya lakukan agar mahasiswa tidak ketakutan menghadapi dosen dan proses bimbingan. Semoga melihat wajah saya saja sudah seperti oase di padang pasir. Amin. Saya berharap mahasiswa terbuka dan tidak canggung menyampaikan kesulitannya karena esensi bimbingan adalah mendampingi mereka dalam PIQI artinya dari yang tidak tau menjadi tau, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Proses pendampingan memiliki konsekuensi penghargaan pada pencapaian prestasi mahasiswa, sekecil apapun perubahan ke arah perbaikan, itu adalah kebahagiaan buat saya sebagai dosen. Oleh karenanya mari kita bersama-sama menempuh tujuan bimbingan ini untuk bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Berbasis Cinta ini menggunakan pendekatan individual learning, mahasiswa dinilai berdasarkan pencapaian dirinya sendiri bukan perbandingan dengan mahasiswa lainnya. Jadi saya tidak akan membandingkan anda dengan si A atau si B karena masing-masing mahasiswa memiliki latar belakang dan keunikan tersendiri. Besar harapan saya ikatan batin tercipta secara alami dan berlanjut meski mahasiswa sudah lulus dari studinya. Cara jalin silaturrahmi ini dibuat dengan mencatat daftar nomor telepon mahasiswa dan mengadakan pertemuan santai seperti makan bersama di akhir bimbingan.
BAHAN IBADAH
1. Bersuci dari hadats dan najis
2. Shalat wajib dan sunnah (Gerhana bulan, gerhana matahari, istisqa dan tasbih)
3. Kutbah Jumat, Kutbah Ied dan Kutbah Nikah
4. Shalat Jamaah dan makmum masbuq
5. Shalat Jamak dan Qashar
6. Sujud sahwi, tilawah dan syukur
7. Pengurusan Jenazah
8. Zikir dan doa-doa (istikharah, tahajud, dhuha, istisqa, tarawih dan witir)
BAHAN QIRAAT
1. Makhraj dan sifat
2. Penguasaan Tajwid
3. Kelancaran membaca
4. Menulis Quran
5. Hapalan Juz Amma
6. Hapalan Surat Pilihan
BUNGA RAMPAI PIQI
PIQI berbeda dengan mata kuliah biasa yang ada di fakultas. PIQI disusun menurut panduan yang sangat umum kemudian diramu lagi oleh dosen yang membimbing. Program ini merupakan program baru artinya tahun (1999-2004) pada saat saya juga menjadi mahasiswa S1 di UIN belum ada praktek seperti ini. Meski terlihat bagus dan sempurna nampaknya perlu evaluasi yang berkelanjutan dari tahun ke tahun agar proses dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Penutup dari tulisan ini, saya ingin berpesan bahwa "la yukallifullahu nafsan illa wus'aha" semua pasti bisa karena sesungguhnya Allah memberikan beban sesuai dengan taraf kemampuan seseorang. Kembangkan potensi itu menjadi sesuatu yang real sehingga hidup kita berkualitas dan bahagia. Esensi hidup adalah ibadah maka jadikan semua proses PIQI sebagai ibadah baik bagi dosen maupun mahasiswa. "wa ma khalaqnal insana illa liya'buduun"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar